Amih

Amih

Tiba tiba saya ingat ibunda tercinta. Saya memanggilnya Amih. Almarhum meninggal tahun 1998 karena penyakit darah tinggi yang sekarang menurun kepada saya.

Emosi saya muncul ketika mendengar cerita mbak Najah tentang Abah. Beliau sampaikan dalam peluncuran buku sendal jepit.

Saya mengikutinya lewat aplikasi zoom malam ini. Sambil memantau acara kuliah online belajar menulis di wa group gelombang 17. Pak Brian menjadi narsumnya dan pak Bambang moderatornya.
Dua kegiatan saya ikuti secara bersamaan.

Saya serius dan fokus di acara peluncuran buku the writers yang dipimpin om Budiman Hakim dan kang Asep Herna.

Ruang imajinasi saya kembali ke masa lalu. Sebuah masa dimana saya dibesarkan bersama seorang wanita yang bukan istriku.
Tahun tahun terbaik kami lewati bersama. Dia adalah ibuku. Ibu yang sudah melahirkan aku. Kami anak anaknya memanggilnya Amih.

Ada 6 orang anaknya. Laki laki 3 orang dan perempuan 3 orang.

Dulu beliau seorang perawat di rumah sakit tni angkatan laut. Namun karena anaknya banyak, beliau putuskan menjadi ibu rumah tangga.

Suatu ketika bapak sakit. Kehidupan kami dalam ujian yang sangat berat.

Amih terpaksa hutang di tukang sayur agar anak anaknya bisa tumbuh dan tetap sehat.

Rupanya hutangnya semakin menumpuk. Tukang sayur menagih ke rumah. Tapi belum ada uangnya karena bapak sakit.

Tukang sayur lapor pak RW dan minta agar hutangnya dilunasi.

Saya mendengar pembicaraan mereka. Sejak saat itu saya berusaha untuk mencari uang agar hutang Amih lunas.

Saya belajar lebih fokus agar bisa lulus.  Alhamdulillah saya diterima bekerja di perusahaan Jepang. Saya bekerja di perakitan sepeda motor.

Saya kost di dekat tempat kerja saya di tangerang dan semua gaji saya diserahkan ke Amih.

Lain waktu saya lanjutkan ceritanya. Sebab air mata ini begitu deras mengalir di pipi kanan dan kiri.

Sudah lama saya tak menangis. Malam.ini saya menangis mengingat amih. Semoga surga untuk amih.

Salam blogger persahabatan

Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com

Comments

  1. MasyaAllah.
    ditunggu episode selanjutnya. semangat berkarya, semangat menginspirasi

    ReplyDelete
  2. Alkamdullillah. Luar biasa begitu mengalir kisah yang ditulis om Jay ini. Seirama dengan emak saya. Sangat menginspiratif untuk kita semua. Kita tunggu episode selanjutnya
    Salam blogger kembali Om Jay. Tetap semangat

    ReplyDelete
  3. Subhanallah, kisah nyata yg sangat inspiratif Omjay. Semoga almarhumah Ibunda mendapat tempat yg mulia di sisi Allah SWT 🤲

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

istriku perawatku

Ayo bergabung di Blogger collaboration

lomba inobel guru