guru ibarat garam

GURU IBARAT GARAM

Saya membaca tulisan atau artikel Pak Jay di media sosial. Artikel yang membuat saya termotivasi menulis cerita ini. INGIN MENULIS seperti Pak jay, namun apa daya wawasan dan kemampuan saya dalam menulis masih sangat-sangat terbatas. Saya belum terbiasa menulis seperti Pak Jay yang suka menulis setiap hari.

Pak Jay, Saya seorang guru SD. Seorang guru sekolah dasar yang telah mengabdi pada nusa bangsa, dan siap berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa demi menjalankan tugas negara. Puluhan tahun tugas sebagai guru saya jalani, dan saya merasakan guru itu ibarat GARAM.

Profesi guru sangatlah rendah di mata masyarakat sekitar saya. Kalau dibandingkan dengan profesi yang lain, misalnya dokter atau jabatan yang lain. Kalau kita lihat fakta, bahwa garam adalah bahan atau barang yang dikemas di dalam plastik yang dijual di mana-mana di kios-kios kecil dipinggir jalan. Harganya murah untuk rakyat kecil dan SANGAT MUDAH DIDAPAT.

Garam ditempatkan pada rak yang paling bawah.  Bahkan di ATAS lantai sehingga para pembeli susah melihat, karena letaknya agak tersembunyi. LIHATLAH POSISI GARAM DI TOKO KELONTONG DAN SUPERMARKET.

Kalau kita lihat dari segi harga GARAM mudah dijangkau dan cukup uang recehan GARAM sudah dapat dibawa pulang oleh IBU-IBU rumah tangga. Lebih sedihnya, tidak di pasar saja penderitaanmu garam, namun sampai di rumah tega sekali ibu rumah tangga menaruhnya di kaleng-kaleng bekas dan bukanlah di tempat yang istimewa. Itulah nasib GARAM yang dipinggirkan.

Seorang ayah pulang dari kerja dengan harapan makan dengan lahap. Namun apa jadinya bila makanan kurang asin, maka sambil mengomel dan meninggalkan meja makan, dia akan ngomel dan mengatakan “dasar masakan kurang garam”. Artinya garam jugalah yang jadi sasaran.

Bagi Anda yang sedang ingin menurunkan berat badan, garam dianggap sebagai penyebab gagalnya program diet. Sebab, banyak yang menganggap bahwa garam merupakan faktor utama timbulnya masalah kenaikan berat badan. Padahal manfaat garam sangat baik untuk kesehatan tubuh hingga pengobatan. Namun, anggapan buruk terhadap garam membuat Anda akan menghindari konsumsi garam walaupun makanan yang ditambahkan garam akan terasa jauh lebih nikmat. Silahkan dibaca 10 manfaat GARAM bagi kesehatan.


Anda bisa membaca di https://doktersehat.com/manfaat-garam/  

Pak Jay, Saya tidak pernah mengeluh dan tidak pernah pasrah dengan keadaan, karena garam merupakan pelengkap rasa dimana dan kapan saja orang membutuhkan. Bahkan bila tidak ada GARAM orang akan gaduh. Ibarat sayur tanpa garam akan terasa hambar. Begitulah Wajah Guru Di Mata Saya. GURU IBARAT GARAM.

Pak Jay, Tulisan ini belum sempurna mohon dijadikan sebuah artikel yang ENAK DIBACA. Pak Jay pasti bisa mengeditnya, kemudian dikirim kembali kepada saya Fauzi. MK. SEORANG GURU SD YANG BARU SAJA BELAJAR MENULIS KISAH HIDUPNYA.

Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih. Mohon bantuan Pak Jay agar saya bisa menulis. Walaupun usia sudah berkepala 5, tapi semangat belajar akan terus menyala. Kata orang saya termasuk usia LOLITA, lolos lima puluh tahun. Hehehe.

Terima Kasih PAK JAY. Guru blogger Indonesia. Sehat selalu, dan jangan lupa menjadi GARAM yang membuat semua masakan menjadi lezat. Air laut, siapa yang ngasinin? Tentu saja Tuhan penguasa langit dan bumi agar kita mampu menjadi manusia yang mampu berpikir dan bersyukur. Salam persahabatan dari guru Indonesia.

FAUZI 
GURU SD DI ACEH

Comments

  1. Sangat menginspirasi...Sy bangga menjadi Guru walau terkadang profesi ini dilihat sebelah mata...tak ubahnya seperti garam yg begitu mudah didapat dg harga murah...namun manfaat yg diberikan memberi "daya ledak" yg cukup dahsyat dalam membangun kualitas SDM....

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Sangat setuju sekali pak. Nasib kita sama seperti garam ..... He he he

    ReplyDelete
  4. Ya pak,begitulah realita hidup,tapi saya bangga menjadi guru apalagi guru SD,ada kebanggaan tersendiri menjadi guru SD.Saya juga sudah lolilita(lolos limapuluh lima tahun) bahkan tidak lama lagi purnabakti,juga baru belajar menulis. Tidak ada kata terlambat ya,long life educations.Semoga kita
    menjadi garam yang melezatkan.Salam

    ReplyDelete
  5. Pak Fauzi merendah, ini tulisannya bagus

    Nggak apa-apa seperti garam asal jangan seperti buih dilautan aja kan, he he

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

istriku perawatku

Ayo bergabung di Blogger collaboration

lomba inobel guru